8.23.2013

Mimpi atau Realita

Bulan purnama penuh di atas kepalaku. Kudongakkan muka untuk melihatnya bulat- bulat. Hai penerang kegelapan yang selalu kujumpai setiap malam. 
Kutengok pemancar kedamaian malam masih memandang, memandang mata ini dalam- dalam. Kupandang ia kembali. Menembus semua penglihatan. Seolah bukan mata yang melihat. Hati ini tersambung seketika. Merasakan setiap sel tubuh ini berosmosis. Mengembang sebelum akhirnya pecah dan membawa kedamaian. Kedamaian yang selama ini kucari- cari. 

Sunyi, aman, hangat dan tenang. 

Di ruangan ini hanya kami berdua. Cukup untuk persetubuhan hati dan jiwa. Aku berada di atasnya. Menahan untuk tetap tinggal. Satu malam saja. Bisakah kami bersama sampai bulan digantikan oleh matahari. Kupanggil namanya. Ia menjawab. Sampai akhirnya mata ini terpejam. 

Sinar matahari mengelus pipi. Membangunkan dari mimpi. Ia tidak ada. Kuraba permukaan disebelahku. Baunya masih menempel. Kupanggil namanya, tak ada yang menjawab. Kecewa. Seolah aku tidak bisa melihat garis realita dan mimpi. 

Aku hanyalah anak kecil yang bercita- cita menjadi dokter, memainkan stetoskop, melakukan operasi pada boneka dan menulis resep dengan tulisan garis. Tidak tahu dewasa nanti mimpi harus sejalan dengan kenyataan. Apa itu realita?